Kamis, 20 Agustus 2015

ELEMEN MESIN (SAMBUNGAN)

ELEMEN MESIN (SAMBUNGAN)

Makna sambungan yang difahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh berbeda dengan  apa  yang  kita  jumpai  dalam  kehidupan  sehari-hari,  yaitu  menghubungkan antara satu benda dengan lainnya. Sebagaimana  yang  diketahui,  manusia  tidak  dapat  memproduksi  sesuatu dalam sekali kerja. Hal ini tidak lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya.  Makanya  benda  yang  dibuat  manusia  umumnya  terdiri  dari  berbagai komponen,  yang  dibuat  melalui  proses  pengerjaan  dan  perlakuan  yang  berbeda. Sehingga  untuk  dapat  merangkainya  menjadi  sebuah  benda  utuh,  dibutuhkanlah elemen penyambung.
Menilik  fungsinya,  elemen  penyambung  sudah  pasti  akan  ikut  mengalami pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari  elemen  yang  disambung  mengakibatkan  beban  terkonsentrasi  padanya.  Efek konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang sambungan, karena sudah tentu akan bersifat merusak.
Ada dua jenis sambungan yang dikenal secara umum :
  1. Sambungan tetap (permanent joint).
Merupakan  sambungan  yang  bersifat  tetap,  sehingga  tidak  dapat  dilepas selamanya, kecuali dengan merusaknya terlebih dahulu.Contohnya : sambungan paku keling (rivet joint) dan sambungan las (welded joint).
  1. Sambungan tidak tetap (semi permanent).
Merupakan sambungan yang bersifat sementara, sehingga masih dapat dibongkarpasang selagi masih dalam kondisi normal. Contohnya  : sambungan mur-baut  / ulir  (screwed joint) dan sambungan pasak (keys joint).


SAMBUNGAN PAKU KELING   (Rivet Joint)
Paku keling adalah batang silinder pendek dengan sebuah kepala di bagian
atas, silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya yang berbentuk kerucut
terpancung sebagai ekor, seperti gambar di bawah. Konsruksi kepala (head) dan ekor
(
tail)  dipatenkan  agar  permanen  dalam  menahan  kedudukan  paku  keling  pada

posisinya. Badan  (body) dirancang untuk kuat mengikat sambungan dan menahan beban kerja yang diterima benda yang disambung saat berfungsi.
Gambar :
Digunakan untuk membuat sambungan permanen antara pelat-pelat, mulai dari konstruksi ringan sampai konstruksi berat. Biasanya terbuat dari bahan baja, kuningan, alumunium atau tembaga sesuai dengan bahan benda yang disambung. Gambar :




Bahan Paku Keling
Bahan yang biasanya digunakan untuk pemakaian ringan adalah alumunium, untuk pemakaian sedang adalah baja klasifikasi IS : 1148 - 1957 dan IS : 1149 - 1957  untuk struktur konstruksi dengan gaya tarik tinggi. Sedangkan untuk pemakaian berat termasuk yang kedap cairan dan gas adalah baja klasifikasi IS : 1990 - 1962 seperti pada boiler.




Metode Pengelingan

Metode  pengelingan (penyambungan  paku  keling)  yang  dilakukan  pada umumnya tergantung dari jenis pemakaian. Yakni :
a.   Pemakaian ringan



b.  Pemakaian sedang
Ditujukan untuk mendapatkan kekuatan sambungan. Setelah pasangan pelat dilobangi dan paku keling dipasangkan pada lobang, ekor paku dipanaskan dibawah suhu kritis dan ditekan dengan pukulan palu tangan pada cetakan ekor. Sehingga ekor tercetak seperti bentuk kepala. Gambar :
c.   Pemakaian  berat  dan  kedap  air
Ditujukan  untuk  mendapatkan  kekuatan  dan            kerapatan sambungan. Lobang kedudukan paku keling dibuat lebih besar 1,5 mm           dari  ukuran  diameter  paku,  agar  saat  ekor  paku  ditekan  oleh mesin pencetak kepala,  bahan  logam  paku  yang  mulai  luluh  karena  sebelumnya dipanaskan sampai membara   pada suhu kritis (600 - 800 oC), mengisi ruang antara tersebut.           Logam luluh yang tertekan tentu saja akan mengisi sampai ke celah-celah terkecil             yang terdapat diantara kedua pelat. Sehingga akhirnya diperoleh sambungan yang     kedap fluida.


Tipe Paku Keling Berdasarkan Bentuk Kepala
Lembaga standarisasi India menetapkan ada beberapa bentuk kepala paku keling yang dapat digunakan berdasarkan pada jenis pemakaiannya :

1. Kepala bulat/payung                    5. Kepala rata terbenam 90o
2. Kepala panci.                               6. Kepala rata terbenam 60o
3. Kepala jamur                               7. Kepala bulat terbenam 60o
4. Kepala rata terbenam 120o                        8. Kepala datar




Pemakaiannya :
·           Kepala bulat dan jamur digunakan untuk mengeling konstruksi mesin mulai dari pemakaian ringan sampai berat, seperti pemakaian rumah tangga, jembatan, kereta api, bangunan tingkat tinggi dan lain-lain.
·           Kepala rata terbenam digunakan untuk bangunan kedap air dengan permukaan rata,seperti : kapal (laut / terbang).
·           Kepala bulat terbenam digunakan untuk bangunan-bangunan kedap dan tahan tekanan tinggi fluida, seperti : ketel, tangki dan lain-lain.
·           Kepala panci digunakan untuk pemasangan dengan palu tangan.





SAMBUNGAN LAS

Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi. Sistem sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada konstruksi dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak digunakan.

Untuk menyambung baja bangunan kita mengenal 2 jenis las yaitu :
Ø  Las Karbid ( Las OTOGEN )
Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas oksigen (zat asam) dan gas acetylene (gas karbid). Dalam konstruksi baja las ini hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan atau konstruksi sekunder, seperti ; pagar besi, teralis dan sebagainya.

Ø  Las Listrik ( Las LUMER )
Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk pengelasannya diperlukan pesawat las yang dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang lain dihubungkan dengan tang penjepit batang las / elektrode las. Jika elektrode las tersebut didekatkan pada benda kerja maka terjadi kontak yang menimbulkan panas yang dapat melelehkan baja ,dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut melebur ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi pada celah sambungan las. Karena elektrode / batang las ikut melebur maka lama-lama habis dan harus diganti dengan elektrode yang lain. Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai ukuran diameter yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm.
Untuk konstruksi baja yang bersifat strukturil (memikul beban konstruksi)) maka sambungan las tidak diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus dikerjakan dengan las listrik dan harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang profesional.



Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
a.   Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
b.   Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c.   Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d.   Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi, sedang dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
e.   Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
f.   Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.

Kerugian / kelemahan sambungan las :
a.    Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik maka keuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b.   Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.







Jenis sambungan Las
Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian benda logam, seperti dapat dilihat dalam berikut:

Gambar jenis sambungan yang biasa digunakan dalam proses pengelasan

a).   Sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya;
b).   Sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut;
c).   Sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung saling menumpang (overlapping) satu sama lainnya;
d).   Sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik;
e).  Sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut.


Jenis las-an

Setiap jenis sambungan yang disebutkan di atas dapat dibuat dengan pengelasan. Proses penyambungan yang lain dapat juga digunakan, tetapi pengelasan merupakan metode penyambungan yang paling universal. Berdasarkan geometrinya, las-an dapat dikelompokkan sebagai berikut : 
a).   Las-an jalur (fillet weld); digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T dalam gambar berikut,  logam pengisi digunakan untuk menyambung sisi melintang bagian yang membentuk segitiga siku-siku;
Gambar  Beberapa bentuk las-an jalur

b).  Las-an alur (groove welds); ujung bagian yang akan disambung dibuat alur dalam bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda, seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, pengisi digunakan untuk mengisi sambungan, yang biasanya dilakukan dengan pengelasan busur dan pengelasan gas;
c).   Las-an sumbat dan las-an slot (plug and slot welds); digunakan untuk menyambung pelat datar seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, dengan membuat satu lubang atau lebih atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan kemudian mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua bagian pelat melumer menjadi satu;

Gambar  (a) Las-an sumbat dan (b) las-an slot

d).  Las-an titik dan las-an kampuh (spot and seam welds); digunakan untuk sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah. Las-an titik adalah manik las yang kecil antara permukaan lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil pengelasan resistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu dibandingkan dengan las-an titik.
Gambar  (a) Las-an titik dan (b) las-an kampuh


e).  Las-an lekuk dan las-an rata (flange and surfacing welds); Las-an lekuk dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung, biasanya merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk. Las-an datar tidak digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi merupakan lapisan penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.

Gambar  (a) Las-an lekuk dan (b) las-an rata



Ciri-ciri Penyambungan Pengelasan Lebur
Pada umumnya sambungan las diawali dengan meleburnya di daerah sekitar pengelasan. Seperti ditunjukkan dalam gambar, sambungan las yang di dalamnya telah ditambahkan logam pengisi terdiri dari beberapa daerah (zone) :
(1) daerah lebur (fusion zone),
(2) daerah antarmuka las (weld interface zone),
(3) daerah pengaruh panas (heat effective zone, HAZ),
(4) daerah logam dasar tanpa pengaruh panas (uneffective base metal zone).      

Daerah lebur; terdiri dari campuran antara logam pengisi dengan logam dasar yang telah melebur secara keseluruhan. Daerah ini memiliki derajat homogenitas yang paling tinggi diantara daerah-daerah lainnya.  Struktur yang dihasilkan pada daerah ini berbentuk butir kolumnar yang kasar seperti ditunjukkan dalam gambar.
Gambar Penampang melintang penyambungan pengelasan lebur

Daerah antarmuka las; merupakan daerah sempit berbentuk pita (band) yang memisahkan antara daerah lebur dengan Haz . Daerah ini terdiri dari logam dasar yang melebur secara keseluruhan atau sebagian, yang segera menjadi padat kembali sebelum terjadi proses pencampuran.

HAZ (Heat Affected Zone); logam pada daerah ini mendapat pengaruh panas dengan suhu di bawah titik lebur, tetapi cukup tinggi untuk merubah mikrostruktur logam padat. Komposisi kimia pada HAZ sama dengan logam dasar, tetapi akibat panas yang dialami telah merubah mikrostrukturnya, sehingga sifat mekaniknya mengalami perubahan pula dan pada umumnya merupakan pengaruh yang negatif karena pada daerah ini sering terjadi kerusakan (mudah patah/retak).

Daerah logam dasar tanpa pengaruh panas; daerah ini tidak menagalami perubahan metalurgi, tetapi karena dikelilingi oleh Haz maka daerah ini memiliki tegangan sisa yang besar akibat adanya penyusutan dalam daerah lebur, sehingga mengurangi kekuatannya. Untuk menghilangkan tegangan sisa tersebut biasa dilakukan perlakuan panas (heat treatment) yaitu memanaskan kembali daerah las-an  tersebut hingga temperatur tertentu, kemudian temperatur dipertahankan dalam beberapa waktu tertentu, selanjutnya didinginkan secara perlahan.











SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)

Pengertian
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir untuk mengikat dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang memiliki ulir di bagian dalam).

Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama, yaitu:
Ø  Digunakan  untuk bagian mesin yang memerlukan sambungan dan pelepasan tanpa merusak bagian mesin.
Ø  Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau perawatan.

Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut;
·         Keuntungan Sambungan Ulir
1.    Mempunyai reliabilitas (kehandalan) tinggi dalam operasi.
2.    Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.
3.    Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.
4.    Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

·         Kerugian Sambungan Ulir
1.    Konsentrasi tegangan yang pada bagian ulir yg tidak mampu menahan berbagai kondisi beban

Nomenklatur Ulir

       Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup. Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar atau diameter nominal.
       Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai core atau diameter root.

       Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut dan mur.
       Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang ditempuh ulir dalam satu kali putaran.

Bentuk Ulir
a).    British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi,  aero dan automobil
b).    British Association (BA) threat
Mata Ulir berbentuk segitiga dengan puncak tumpul Aplikasi : Untuk mengulir pekerjaan yang presisi.
c).    Square threat
Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi, machine tools, valves, screw jacks.
d).    Acme threat
Mata Ulir berbentuk Trapesium Aplikasi : cutting lathe, brass valves, bench vices

e).    Knuckle threat
Mata Ulir berbentu Bulat. Aplikasi : digunakan untuk tugas berat, railway carriage couplings, hydrant,  dll,
f).     Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan daya pada satu arah, bench vices.


g).    Metric threat
Aplikasi : general purpose


Tipe Umum Penyambungan Ulir

Bentuk Kepala Sekrup/Baut


Tegangan yang terjadi pada Baut/Sekrup
Ø  Tegangan yg terjadi akibat beban statis
·         Tegangan dalam akibat gaya pengencangan.
·         Tegangan akibat gaya luar.
·         Kombinasi gaya (1) dan (2).

Ø  Tegangan internal akibat gaya pengencangan
·         Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.
·         Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
·         Tegangan geser pada ulir.
·         Tegangan tekan pada ulir.
·         Tegangan tekuk, jika permukaan dibawah kepala baut/screw tidak dalam posisi sempurna thd sumbu baut.


 



MODUL PEMBELAJARAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN
ELEMEN MESIN
KOMPENEN SAMBUNGAN





















OLEH: IMRON HUSNUSSAIRI, ST










 


LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU CABANG PONOROGO
SMK WAHID HASYIM
TEKNIK OTOMOTIF/TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TERAKREDITASI)
Jl. Bhayangkara II/19 Telp. (0352) 462691 Ponorogo


 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar